BACIN-BACIN YEN IWAK
Pepatah Jawa di atas
secara harfiah berarti bacin-bacin kalau ikan. Bacin adalah aroma bau yang
amis. Amis memang merupakan bau khas dari ikan. Apa pun jenis ikan itu. Amis
juga menjadi unsur bau yang kuat bagi daging. Sekalipun berbau amis atau bacin,
hampir semua orang menyukai ikan karena rasanya yang enak dan bergizi. Untuk itu,
sekalipun ikan berbau bacin, keberadaannya selalu diburu orang.
Pepatah ini sesungguhnya
ingin menyatakan bahwa sekalipun kita mempunyai saudara yang perbuatannya
buruk, ia adalah saudara kita. Keberadaannya lebih berarti daripada keberadaan
orang lain yang tidak ada hubungan darah dengan kita. Sekalipun sering membuat
jengkel dan marah, ia tetap saudara kita yang apabila sewaktu-waktu kita
mengalami kesulitan, saudara kita itulah yang akan membantu kita dengan hati
yang lebih tulus. Berbeda dengan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan
kita, sekalipun orang lain itu “berbau wangi” belum tentu ia akan mau membantu
atau menyokong kita.
Ketika aroma bacin itu
menguat barangkali kita akan berjauhan. Akan tetapi ketika kita sedang dilanda
kesulitan, saudara kita yang kita anggap berbau bacin itu kemungkinan besar
yang akan melakukan pertolongan yang pertama kali. Jadi, sekalipun bacin, ia
tetap kita butuhkan. Bacin-bacin yen iwak menggambarkan bahwa sekalipun saudara
kita itu punya tabiat buruk ia tetap kita butuhkan. Sama seperti ikan. Meskipun
bacin, ikan tetap dibutuhkan untuk menyokong kehidupan.
Pada intinya pepatah ini
ingin menyarankan kita untuk berpanjang sabar, pemaaf, dan mengasihi saudara.
Dalam kerangka yang lebih luas pepatah ini menyarankan agar kita bisa mengasihi
dan memaafkan sesama.
Sekalipun bacin ia adalah iwak. Sama seperti kita, kita tidak luput dari
kelemahan, salah, lalai, dan dosa. Kita pun boleh jadi juga bacin. Akan tetapi
kita juga iwak, sama seperti saudara dan sesama kita.***
Baca juga BANYU PINERANG ORA BAKAL PEDHOT