Resensi Film: “The Cobbler,” Super Sepatu
SIAPA nyana bahwa sepatu bisa menjadikan seseorang
pahlawan. Berkat sepatu, Max Simkin (Adam Sandler) dapat berubah wujud
menjadi orang yang memiliki sepatu itu. Berkat sepatu, Max dapat
memecahkan persoalan penggusuran di New York. Berkat sepatu, ia memberi
pelajaran pada preman Ludlow alias Leon (Method Man) di wilayahnya.
Mengagumkan bukan?
Tukang sepatu yang nelangsa
Max Simkin, seorang keturunan Yahudi adalah generasi ke-4 yang mewarisi kios sol sepatu atau reparasi sepatu. Kios ini berdiri di antara deretan kios tua lainnya di pinggiran kota New York.
Ia merasa kurang menikmati hidupnya sebagai tukang sepatu. Lebih tepatnya, ia hanya melanjutkan apa yang telah dibuat ayahnya. Ia tidak tahu menahu nasib ayahnya yang mendadak hilang beberapa tahun sebelumnya. Selebihnya, waktu yang ia miliki digunakan untuk mengurus ibunya yang telah tua (Lynn Cohen). Ditambah lagi, di usianya yang sudah dewasa, Max masih menjomblo.
Max Simkin, seorang keturunan Yahudi adalah generasi ke-4 yang mewarisi kios sol sepatu atau reparasi sepatu. Kios ini berdiri di antara deretan kios tua lainnya di pinggiran kota New York.
Ia merasa kurang menikmati hidupnya sebagai tukang sepatu. Lebih tepatnya, ia hanya melanjutkan apa yang telah dibuat ayahnya. Ia tidak tahu menahu nasib ayahnya yang mendadak hilang beberapa tahun sebelumnya. Selebihnya, waktu yang ia miliki digunakan untuk mengurus ibunya yang telah tua (Lynn Cohen). Ditambah lagi, di usianya yang sudah dewasa, Max masih menjomblo.
Max berteman dekat dengan Jim, tetangga kiosnya. Walau sebenarnya
usia Jim dan Max lebih tepat seperti usia ayah dan anak. Namun Jimmy
(Steve Buscemi), seorang tukang cukur, senantiasa memberi perhatian pada
Max dari urusan jam kerja, tukar koran, menanyakan kondisi ibu Max
sampai soal makanan kecil.
Sepatu ajaib
Kisah hidup Max sontak berubah, sejak tanpa disengaja ia menemukan mesin sol antik manual di gudang bawah lantaran mesin sol listriknya rusak. Ajaibnya, semua sepatu yang disol memakai mesin ini bisa membuat sepatu itu memiliki daya magis.
Kisah hidup Max sontak berubah, sejak tanpa disengaja ia menemukan mesin sol antik manual di gudang bawah lantaran mesin sol listriknya rusak. Ajaibnya, semua sepatu yang disol memakai mesin ini bisa membuat sepatu itu memiliki daya magis.
Siapa pun yang memakai sepatu itu akan diubah fisiknya menjadi
seperti pemilik sepatunya. Hal ini tanpa disengaja dialami oleh Max saat
ia tengah menunggu kedatangan Ludlow yang berjanji akan mengambil
sepatunya pukul 06.00 sore. Karena jenuh maka ia iseng-iseng memakai
sepatu milik Ludlow yang ukurannya kebetulan sama, 10 ½. Dan… Max
berubah penampilannya menjadi Ludlow sang preman di wilayah itu.
Kemudian Max melakukan banyak eksperimen dengan sepatu-sepatu di
kiosnya. Ia bisa berubah-rubah rupa dengan memakai sepatu orang tertentu
yang telah bersentuhan dengan mesin sol antiknya.
Demikianlah kisah awal tentang super sepatu.
Lalu karena sepatu itulah Max terhubungkan dengan persoalan bisnis
properti di wilayahnya. Karena pada waktu itu tuan tanah Elaine
Greenwalt (Ellen Barkin) berencana jahat untuk mengusir para penghuni di
sepanjang deretan kios Max. Elaine mau menjual tanah itu pada pengusaha
yang akan membangun pencakar langit di situ. Ia memakai jasa preman
Leon untuk mengusir penghuni wilayah itu namun usaha Elaine berhadapan
dengan aktifis lingkungan Carmen Herrara (Melonie Diaz).
Di situlah Max tampil layaknya jagoan pemberantas kejahatan dengan
menggunakan kekuatan magis sepatunya. Ia menggunakan sepatu itu untuk
menyelesaikan persoalan. Sampai akhirnya persoalan pengusiran itu batal
dan Elaine terbongkar kedoknya.
Bukan cuma sepatu
Penampilan Adam Sandler benar-benar mengagumkan dalam film terbarunya The Cobbler. Dalam film-film sebelumnya, Sandler terhitung gagal seperti dapat dilihat dalam penampilannya pada film Blended, Grown Ups, dan Click. Bisa dikatakan The Cobbler telah menebus kegagalan sebelumnya.
Penampilan Adam Sandler benar-benar mengagumkan dalam film terbarunya The Cobbler. Dalam film-film sebelumnya, Sandler terhitung gagal seperti dapat dilihat dalam penampilannya pada film Blended, Grown Ups, dan Click. Bisa dikatakan The Cobbler telah menebus kegagalan sebelumnya.
Namun Adam bukan sekedar Adam kalau tidak meninggalkan pesan wasiat
dari filmnya. Seperti dilihat dalam cerita, Max menjadi personifikasi
banyak orang yang harus menempatkan diri dalam perspektif atau cara
pandang orang lain. Sepatu ajaib itu membuat Max berpetualang.
Sebelumnya ia hanya sibuk dengan dirinya sendiri, pikirannya sendiri dan
hidupnya yang sempit. Cara pikir demikian mengakibatkan hidupnya
nelangsa. Tetapi lagi-lagi sepatu menjadikan ia melihat hidup dari
perspektif yang berbeda.
Bagaimana jika ia menjadi anak yang dibully? Bagaimana kalau ia
menjadi pacar dari wanita cantik? Bagaimana kalau ia menjadi waria?
Bagaimana kalau ia menjadi orang mati? Dsb.
The Cobbler mengajak para penonton berpetualang, melepaskan sepatunya dan mencoba untuk memakai sepatu orang lain. Rasakan daya magisnya.***
Baca juga Resensi Film: “Run All Night”, Hidup Mati untuk Anak
The Cobbler mengajak para penonton berpetualang, melepaskan sepatunya dan mencoba untuk memakai sepatu orang lain. Rasakan daya magisnya.***
Baca juga Resensi Film: “Run All Night”, Hidup Mati untuk Anak