Resensi Film: “Clash of the Titans”, Kekuasaan Itu tak Kenal Batas
SALAH satu sumber dosa adalah nafsu akan kekuasaan, selain tentu
saja dua hal lainnya yakni kesombongan dan nasfu memiliki harta. Kali ini, film
produksi bareng Inggris-
AS dengan titel Clash
of the Titans menerbitkan gemuruh nafsu kekuasaan yang melumat jiwa raga
Hades, dewa yang harus menerima kutukan menjadi penguasa neraka.
Hades
(Rapl Fiennes) yang gila kuasa mendadak kumat ingin meraup panggung kekuasaan
dengan cara merebut ‘tahta’ kekuasaan para dewa dari tangan saudara kandungnya
sendiri: Zeus (Liam Neeson). Sebenarnya, ini adalah pertarungan antarsaudara
kandung. Bersama Poisedon —dewa penguasa lautan—keduanya menjerumuskan ayah
mereka sendiri dalam kematin
untuk akhirnya menguasai tiga wilayah di tangan mereka.
Berebut kekuasaan
Zeus mendapat tempat
sebagai penguasa angkasa dan bertahta di Gunung Olympus. Poisedon menguasai
Lautan dan Hades tak mendapat tempat setelah diperdaya oleh Zeus hingga
terdepak masuk neraka bersama Kraken, mahkluk super jumbo.
Dalam konteks
permusuhan antarsaudara kandung inilah, muncul sosok Perseus, anak Zeus hasil
menyelingkuhi istri seorang raja. Lantaran kepergok disetubuhi Zeus yang
menyaru diri sebagai raja, perempuan malang dan bayinya ini lalu dibuang ke
laut dan ditemukan hidup oleh seorang nelayan bernama Spyros (Pete
Postlethwaite)
Sayang, ibu anak ini
mati; sementara bayi setengah dewa ini kemudian menyandang nama Perseus.
Perseus (Sam
Worthington) masuk dalam putaran persoalan manusia setelah diborgol masuk ke
Kerajaan Argos dimana raja dan sekalian rakyatnya memberontak melawan Zeus
karena sudah bosan menyembah dewa. Biarlah, manusia berkuasa atas diri mereka
sendiri dan selesai sudah era dewa sebagai pujaan manusia.
Melawan arus
Lantaran diketahui
asal-usulnya sebagai anak Zeus, Perseus masuk dalam pusaran manusia membalas
kelakuan para dewa. Tak terkecuali Zeus dan Hades yang telah
memporak-porandakan Kerajaan Argos dengan amukan burung-burung besar.
Perburuan melawan para
dewa membawa Perseus masuk ke neraka dimana Medusa –gadis cantik bermahkota
ular—berkuasa dan menjaga pintu neraka. Namun, berkat bantuan Zeus yang
memberinya pedang istimewa, Perseus berhasil mengirim Medusa ke alam baka.
Begitu pula, ketika
Kraken mengamuk ingin menghancurkan Argos. Dengan mengendarai Pegasus –kuda
terbang pemberian Zeus—dan bersenjata kepala Medusa yang dipenggal, melesatlah
Perseus menuju Argos. Selain ingin menyelamatkan putri raja bernama Andromeda
(Alexa Davalos) yang sejengkal kemudian siap menjadi santapan Kraken, misi
Perseus jelas: membunuh Kraken untuk kemudian membinasakan Hades.
Ia berhasil
membinasakan keduanya. Namun menolak, ketika ditawari Zeus ayahnya untuk ikut
meraja di alam para dewa. Kata Perseus, “Soal itu, di tlatah manusia pun sudah
tersedia.”
Tanpa batas
Kekuasaan ada
dimana-mana. Tidak hanya di atas awang-awang, juga tidak hanya di Gunung
Olympus tempat Zeus bertahta. Melainkan kekuasaa itu ada di dalam hati manusia.
Tinggal manusia sendiri bisa mengatur kekuasaan itu atau tidak.
Kalau tidak mampu, maka
nafsu akan kekuasaan itu akan menjadi kekuatan destruktif sebagaimana
ditunjukkan oleh Hades dan Zeus. Namun akan menjadi pesona kehidupan
sebagaimana dihayati oleh Perseus.
Clash of Titans mengajari kita
bagaimana manusia seharusnya menjinakkan kekuasaan yang tak mengenal batas.***
Baca juga Resensi Film: “Taken 2”, Lingkaran Balas Dendam Tiada Akhir
Baca juga Resensi Film: “Taken 2”, Lingkaran Balas Dendam Tiada Akhir