Peristiwa Seputar Proklamasi
Detik-detik menjelang
diproklamasikan kemerdekaa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak
terjadi beberapa peristiwa yang sangat penting :
1. Pemanggilan Tokoh Indonesia ke
Dalat, Vietnam.
Tanggal 9 Agustus
1945,Marsekal Terauchi, Panglima besar tentara Jepang di Asia Tenggara
memanggil Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat kemarkasnya di Dalat (Saigon).
Ia kemudian menyampaikan keputusan pemerintah Jepang untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan ini dilatar belakangi keinginan menarik
dukungan dan simpati lebih banyak dari bangsa Indonesia yang saat itu tentara
Jepang semakin terdesak oleh sekutu.Sebenarnya, pertemuan di Dalat tersebut
merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi, peristiwa ini
merupakan pemicu dari terjadinya perbedaan pendapat antara tokoh
golongan tua dan golongan muda.
2. Peristiwa Rengasdengklok.
Berita peristiwa pemboman kota
Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 serta Nagasaki pada tanggal 9 Agustus
1945, disusul jepang menyerahkan diri kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945, meskipun berita tersebut di tutupi, pada akhirnya sampai juga kepada
telinga pada pemuda melalui siaran radio BBC di Bandung. Hal ini memperkuat
tekada dan semangat para pemuda untuk segera bergerak memproklamirkan
kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Setelah mendengar kekalahan
Jepang tersebut, tanggal 15 Agustus 1945 para pemuda berkumpul diruang belakang gedung
Bakteriologi, Jalan Pegangsaan Timur no.13, Jakarta, dibawah pimpinanChaerul
Saleh. Pertemuan ini membahas kekalahan Jepang dan persiapan
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hasil keputusannya adalah bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah masalah bangsa Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada
bangsa lain. Oleh karena itu proklamasi kemerdekaan harus dilakukan oleh bangsa
Indonesia sendiri.
Para pemuda segera mengirimkan
utusan (Wikana dan Darwis) untuk segera menghadap Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
agar segera menyampaikan hasil rapat tersebut. Namun kedua tokoh tersebut
menolak gagasan para pemuda dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan
mempunyai tugas untuk memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang ke
Indonesia. Selain itu, Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah
kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI pada tangal 16 Agustus 1945.
Namun kedua tokoh ini menolak gagasan pemuda tersebut dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain itu Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945.
Wikana dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan Soekarno-Hatta kepada para pemuda yang telah berkumpul di Asrama Menteng 31 pada pukul 24.00 wib. Para pemuda tersebut antara lainChaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman dan Dr. Muwardi.
Setelah para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para pemuda merasa kecewa sehingga suasana rapat menjadi panas. Akhirnya diputuskan perlunya untuk mengamankan Soekarno-Hatta keluar kota yang jauh dari pengaruh Jepang. Persoalan Soekarno-Hatta selanjutnya diserahkan kepada Syudanco Singgih dan kawan-kawan dari Peta Jakarta.
Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco Singgih didampingi Sukarni dan Yusuf Kunto. Menurut Singgih Soekarno-Hatta akan dibawa ke Rengasdengklok sebagai tempat untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan alasan:
1.
Rengasdengklok
dilatar belakangi laut Jawa, sehingga jika ada serangan dari tentara Jepang
dapat segera pergi melalui laut.
2.
Didaerah
sekitar Rengasdengklok, di Purwakarta, Cilamaya (barat), Kedung Gedeh
(selatan), dan Bekasi (Timur) telah siap pasukan Peta untuk menjaga segala
kemungkinan.
Setelah rapat selesai, dengan
mengendarai mobil, Singgih bersama Sutrisno, Sampun dan Surachmat menuju rumah
Ir. Soekarno dan menjemput Moh. Hatta untuk membawa mereka beserta keluarga ke
Rengasdengklok.
Setelah sampai di rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak bersedia menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat pernyataan resmi menyerah dari Jepang. Namun ditengah perdebatan itu, Ahmad Subarjo muncul dan memberitahukan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah kepada sekutu. Mendengar kabar itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, diadakan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subarjo memberikan jaminan kepada para pemuda bahwa Soekarno-Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah tercapai, pada sore harinya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subarjo dan Sudiro.
Setelah sampai di rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak bersedia menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat pernyataan resmi menyerah dari Jepang. Namun ditengah perdebatan itu, Ahmad Subarjo muncul dan memberitahukan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah kepada sekutu. Mendengar kabar itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, diadakan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subarjo memberikan jaminan kepada para pemuda bahwa Soekarno-Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah tercapai, pada sore harinya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subarjo dan Sudiro.
3. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Sekitar pukul 02.00 wib dini
hari, soekarno-Hatta tiba di Jakarta. Atas usaha Ahmad Subarjo diperoleh sebuah
tempat, yaitu dirumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang perwira
Jepang dengan jabatan Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta.
Rumah tersebut terletakdijalan Imam Bonjol No.1 Jakarta Pusat. Tempat
tersebut dianggap sebagai tempat paling aman dari ancaman pemerintah militer.
Sebelum Soekarno-Hatta merumuskan teks Proklamasi, ia menghadap dulu Jendral Nishimura yang menyatakan bahwa Jepang tetap akan mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Soekarno-Hatta akhirnya memutuskan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang. Mereka kemudian menuju rumah laksamana Muda Tadashi Maeda. Disana ternyata telah berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI. Ketika para pemimpin nasional sedang merumuskan teks proklamasi. Laksamana muda Tadashi Maeda mengundurkan diri dan pergi keruang tidurnya. Sementara itu datang orang kepercayaan Nishimura, yaitu Miyosi bersama Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno-Hatta dan ahmad Subarjo merumuskan naskah teks proklamasi.
Sebelum Soekarno-Hatta merumuskan teks Proklamasi, ia menghadap dulu Jendral Nishimura yang menyatakan bahwa Jepang tetap akan mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Soekarno-Hatta akhirnya memutuskan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang. Mereka kemudian menuju rumah laksamana Muda Tadashi Maeda. Disana ternyata telah berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI. Ketika para pemimpin nasional sedang merumuskan teks proklamasi. Laksamana muda Tadashi Maeda mengundurkan diri dan pergi keruang tidurnya. Sementara itu datang orang kepercayaan Nishimura, yaitu Miyosi bersama Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno-Hatta dan ahmad Subarjo merumuskan naskah teks proklamasi.
Setelah selesai dirumuskan, Ir. Soekarno membacakan naskah teks proklamasi dihadapan hadirin. Moh. Hatta menyarankan agar semua yang hadir menandatanganinya. Namun, usul ini ditentang golongan muda. Sukarni kemudian mengusulkan agar naskah tersebut hanya ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul tersebut diterima oleh semua pihak. Ir Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik untuk mengetiknya.
Setelah diketik naskah teks Proklamasi mengalami beberapa perbaikan, yaitu mengubah kata ’tempoh’ menjadi ’tempo’, ’wakil bangsa Indonesia’ menjadi ’atas nama bangsa Indonesia’, ’Djakarta 17-8-05’menjadi ’Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05’. Naskah yang telah diketik kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan dibacakan didepan massa di lapangan Ikada. Namun usul tersebut ditolak karena Ir. Soekarno menganggap lapangan Ikada adalah lokasi yang bisa menimbulkan bentrokan antara rakyat dan pihak militer Jepang. Ir. Soekarno kemudian menyarankan dirumahnya di jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Saran ini disetujui semua pihak.
4. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Pada waktu fajar tanggal 17
Agustus 1945, para perumus teks proklamasi baru keluar dari rumah laksamana
Maeda. Beberapa jam berikutnya, mereka berkumpul kembali dikediaman Soekarno
untuk melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Orang-orang
kemudian sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk upacara.
Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud (Komandan pengawal rumah Bung Karno dan pemimpin barisan pelopor) agar menyiapkan tiang bendera dari bambu. Bendera merah putih yang dijahit ibu Fatmawati telah disiapkan. Pasukan PETA dibawah komandan Syudanco Latief Hendraningrat dan Syudanco Abdurrahman, dengan senjata lengkap telah berjaga disekitar rumah tersebut.
Menjelang pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir ditempat upacara. Diantaranya Dr. Buntaran, M. Sam Ratulangi, A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, S.K. Trumurti, M. Tabrani, Dr. Muwardi, Sayuti Melik, A.G. Pringgodigdo, Pandu Kartawiguna dan para tokoh pemuda.
Para hari Jum’at, bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 wib dilaksanakan upacara Proklamasi kemerdekaan indonesia dengan susunan acara :
a. Pembacaan teks Proklamasi.
b.
Pengibaran
bendera merah putih.
c.
Sambutan
walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi.
Dengan suara yang mantap, Ir.
Soerkarno menyampaikan pidato pendahuluan yang singkat dilanjutkan dengan
membacakan teks proklamasi kemerdekaan.
Setelah pembacaan proklamasi, Syudanco Latief Hendraningrat mengerek bendera merah putih diiringi lagu Indonesia raya oleh seluruh peserta upacara. Upacara kemudian ditutup dengan sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi. Setelah itu para hadirin berpelukan dan kemudian menyalami Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan proklamasi kemerdekaan itu, berakhirlah penjajahan Jepang di Indonesia selama kurang lebih 3,5 tahun.*** Baca juga Masa Pendudukan Jepang Sampai Indonesia Merdeka